Senin, 02 Januari 2012

Resum Ke-12 Perilaku Dalam Berorganisasi

PERUBAHAN ORGANISASI
09390100059 Nugraha Bayu Wijaya

 

Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan.  Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif.

Masalah dalam perubahan

    Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
     Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.

Mengapa perubahan ditolak ?

     Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional.

Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan.

Kebiasaan
Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan.

Rasa Aman

Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.

Fakor Ekonomi

Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-nya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja karena akan kehilangan upah lembur.

Takut Akan Sesuatu yang tidak diketahui

Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.

Persepsi

Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap. Pada awalnya program keluarga berencana banyak ditolak oleh masyarakat, karena banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran agama, sehingga menimbulkan sikap negatif.

Resistensi Organisasional
    Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan.

Inersia Struktural
Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasil- kan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.

Fokus Perubahan Berdampak Luas
Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian dubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.

Inersia Kelompok Kerja
Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.

Ancaman Terhadap Keahlian
Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar.

Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan yang Telah Mapan
Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.

Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya
Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya?.

Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan
1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2.  Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
3.  Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4.   Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
5.     Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.

Resum Ke-11 Perilaku Dalam Berorganisasi

Sri Suhandiyah


BUDAYA ORGANISASI
09390100059 Nugraha Bayu Wijaya

 

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

Macam-macam Budaya
·       Budaya dominan
-      Mengungkapkan nilainilai inti yg dianut bersama
oleh mayoritas anggota organisasi.
·       Sub Budaya
-     Budaya yang dimiliki dan dirancang oleh
departemen/pemisahan geografis.
·       Nilai inti
-     Budaya dominan ditambah dengan nilainilai
tambahan yg dimiliki oleh suatu departemen.

Fungsi Budaya 
      -       Budaya sebagai pembatas peran yg membedakan antara organisasi yg satu dg yg lainnya
      -    Memberikan identitas tertentu bg anggotanya
        -    Membangun komitmen dan stabilitas system sosial
      -    Sebagai mekanisme kontrol perilaku individu dalam organisasi.

Pendekatan Budaya Organisasi

Manusia adalah makhluk emosional yang mempunyai rasa membutuhkan terhadap orang lain. Hal ini mempengaruhi tindakan, perilaku, dan komunikasinya dilingkungan kerja.
Budaya adalah system nilai manusia. Ada shared menaning didalamnya, dan notabene diekspresikan secara simbolik.
Komunikasi Budaya adalah Kombinasi antara adat istiadat, kepercayaan. Simbol, pengetahuan, bahasa sebagai identitas dari suatu kelompok.
Budaya organisasi adalah asumsi dasar yang dijadikan tolakukur oleh organisasi dalam pelaksanaan hubungan internal maupun eksternal (Schein&Keyton)

Asumsi :

Dalam bertindak,karyawan memilih berdasarkan kepercayaan,nilai,dan proses yang ia anut. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus memiliki kemampuan memperusasi pekerjanya agar memiliki kesamaan dalam hal2 tsb. Dengan begitu tujuan perusahaan dapat terwujud dengan efektif.
Dalam Perspective On Organizational Communications, Daniel et all (1997), membahas tentang Budaya Organisasi dari Sudut pandang multi perspektif, sbb:

1.      Perspektif tradisional
Menurut Perspektif ini Budaya adalah karakter yang dimiliki oleh organisasi, baik dalam hal strukturnya maupun teknologi yang di gunakan oleh perusahaab tsb.Jadi budaya sebuah Organisasi dapat ditebak dari bagaimana struktur organisasinya,apakh rumit atau sederhana,teknologi apa saja yang digunakan.Semakin rumit dan semakin canggih teknologi yang digunakan oleh perusahaan,maka kredibilitasnya semakin baik.

Budaya dianggap sebagai alat untuk mencapai efektifitas organisasi(Smirchich) dan Leadership adalah alat untuk mengontrolnya.Dalam Excellent Organization (Peters&waterman),akan dibahas lebih dalam tentang aspek buadaya apa saja yang biasanya dimiliki oleh organisasi berkinerja tinggi.Berikut ulasannya..

Organisasi yang axcellent adalah organisasi yang..
1. Dekat dengan konsumen.
2. Memotivasi karyawan untuk mandiri dan memiliki jiwa entrepreneurship.
3. Menghargai produktifitas karyawan.
4 .Memiliki budaya yang kuat dan selurh anggotanya memahami dan mengakui budaya tsb.
5. Memiliki karyawan yang kompeten dibidangnya.
6. Responsif terhadap lingkungannya.
7. Tidak mengerjakan tugas diluar kemahiran

Ciri2 budaya kuat adalah  (Deal&Kennedy) :
1.Memiliki nilai yaitu visi organisasi yang diakui oleh seluruh anggotanya
2.Heroes yaitu memiliki tokoh pahlawan yang menjadi teladan bagi anggota yang lain
3.Ceremony: mempunyai kegiatan semacam upacara untuik memperingati hari penting atau upacara penyerahan pengahargaan bagi karyawan berprestasi.
4.Meiliki jaringan budaya, semacam system komunikasi yang jelas dan efektif.

Perspektif Interpretif
Budaya organisasi dipandang sebagai keseluruhan nilai,proses,struktur yang tampak dlaam organisasi.Hampir sama dengan tradisional,namun perpektif ini menilai budaya organisasi sebagai proses berbagi antar anggota.Jadi semua hal didalam organisasi tsb melebur untuk membentuk suatu budaya organisasi.Organisasi dipandang sebagai tempat berbagi untuk memenuhi tujuan bersama.
Jika tradisional bersifat konsisten dan homogen,maka interpretif bersifat beda2 dan tidak tetap(dinamis).Kenapa?Karena didalam budaya ada subculture yang berasal dari orang2 yang berbeda2 pula.Disinilah diperlukan peran manajer,yaitu untuk menghilangkan perbedaan tsb untuk melebur menjadi kesepahaman.

Perspektif Interpretif Kritis
Kritis,dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa oerspektif ini bersifat nyeleneh,dan agak frontal.Perspektif ini sama dengan interpretif,yang membedakan adalah perpektif ini juga berasumsi bahwa organisasi adalah tempat perjuangan sisitem arti yang berlawanan.
Apa itu system arti yang berlawanan?yaitu system organisasi yang bertolak belakang,berat sebelah,dan tidak adil untuk satu pihak.Misalnya: Pembuatan system baru disuatu perusahaan dirasa menguntungkan hanya untuk pihak manajemen,sedangkan tidak untuk bawahan yang dituntut untuk bekerja lebih keras namun penghasilan yang didapatkan tidak ada perubahan.

Resum Ke-10 Perilaku Dalam Berorganisasi


KEBIJAKSANAAN SDM
09390100059 Nugraha Bayu Wijaya


Tantangan-tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia


1.             TantanganEkstern/ Lingkungan
     Kekuatan-kekuatandari luar yang mempengaruhi kegiatan bisnis/ perusahaan yang berpengaruh pula pada kegiatan Manajemen SDM, baik langsung maupun tidak langsung.

          Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Manajemen personalia dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a)             Memonitor secara terus menerus atau secara efektif dan efisien perkembangan dan perubahan lingkungan bisnis dengan melakukan membaca majalah dan kan, mendengarkan siaran radio, televisi, dll mendapatkan informasi-informasi up to date yang diperlukan.

b)             Merespon atau mereaksi secara cepat dalam bentuk fleksibel setiap informasi setelah dianalisis untuk menghasilkan respon yang paling tepat dengan cara mengembangkan , mempertahankan atau menghentikan kegiatan bisnis dan kebijaksanaan SDM  yang  sedang berlangsung.

c)             Organisasi/ perusahaan memerlukan manajer yang mampu bekerja dalam menghadapi kompetisi secara fleksibel

2.            Tantangan Intern / Keorganisasian
         Untuk menghadapi tantangan internal, langkah-langkah yang diambil:
·                Meningkatkan control untuk mencegah, dengan berusaha agar setiap persoalan dapat diselesaikan secepatnya sebelum berkembang menjadi persoalan besar.  
·                Bertindak secara proaktif dalam arti aktif melakukan usaha mengambil langkah-langkah penyelesaian, sebelum masalah-masalah lepas dari kendali.

3.            Tantangan Individual / Profesionalitas
- Keserasian  antara pekerja dengan organisasinya
- Tanggungjawab etnis dan social
- Produktivitas
- Pelimpahan kekuasaan/ wewenang
- Penyaluran buah pikiran

4.            Tantangan MSDM lainnya: 
a.       Masih banyak top manajer dan para manajer pembantunya yang  belum memahami fungsi, tujuan dan kontribusi MSDM dalam mengembangkan organisasi/  perusahaan agar  menjadi kompetitif dalam mewujudkan eksistensinya.

b.      Masih banyak top manajer dan para manajer bawahannya, yang tidak menyadari, kurang memahami, dan tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam mengelola SDM dilingkungannya masing-masing.

c.       Dari manajemenSDM ternyata masih sangat langka tenaga kerja yang professional untuk melaksanakannya secara efektif dan efisien.

 Globalisasi memberikan implikasi terbukanya peluang bagi para manajemen dalam berbagai bidang untuk memberikan solusi alternative kepada pengguna untuk memperoleh kualitas layanan unggul. Hal ini memberikan tantangan bagi suatu organisasi perusahaan untuk menghasilkan kualitas layanan prima.

Organisasi dengan subsistem manusianya merupakan kesatuan system yang bertujuan mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Pendekatan untuk meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas personel dalam era kompetisi yang semakin meningkat telah menjadi salah satu upaya kunci keberhasilan organisasi. Kenyataan telah menunjukkan semakin banyak organisasi yang bergantung pada para karyawan yang inovatif,kreatif, dan terampil.

Sementara lingkungan bisnis yang telah berubah menuntut adanya pandangan jauh ke depan searah jalannya organisasi agar tetap stabil dan sigap mengatasi perubahan-perubahan. Dengan demikian, organisasi perlu memiliki pemimpin yang visioner yang mampu melihat ke depan, memprediksi perubahan yang akan terjadi, melakukan penyesuaian dalam organisasi, dan menjembatani tuntutan bisnis sekaligus menjadi ktalisator pengembangan SDM. Pusat pengembangan potensi SDM mengambil peran untuk memetakan profil kompetensi SDM yang dimiliki organisasi saat ini berdasarkan criteria- criteria yang dibutuhkan untuk masa datang.
Organisasi harus mencari jalan untuk mengurangi hambatan-hambatan. Pertama, organisasi harus belajar keanekaragaman dari budayadan nilai-nilai anggotanya.Keedua, organisasi harus mengembangkan budaya organiasasi sendiri melalui komunikasi yang baik dengan anggotanya. Untuk mendukung usaha mengembangkan budaya organisasi, harus ada perubahan pada kebijakan SDM.

Faktor Eksternal Organisasi
Faktor lingkungan atau keadaan yang bersumber dari luar organisasi yang dapat menghambat usaha peningkatan fungsi SDMyang mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Faktor tersebut adalah angkatan kerja, peraturan/hukum perundang-undangan, persaingan, konsumen, serta perubahan teknologi, ekonomi, dan masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan lingkungan organisasi, manajemen personalia dan SDM dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

1.     Memonitor lingkungan, untuk mengidentifikasi perubahan variabel lingkungan.
2.     Mengevaluasi dampak perubahan lingkungan.
3.     Mengambil tindakan-tindakan proaktif dari perubahan lingkungan yang terjadi
4.     Mendapatkan dan menganalisa umpan balik.

Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia,
orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada
organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki
karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 



Resum Ke-9 Perilaku Dalam Berorganisasi

 
Organisasi Formal & Organisasi Informal
09390100059 Nugraha Bayu Wijaya

 
Organisasi Formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
 
Organisasi Informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada  suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. 
Contoh : Arisan ibu-ibu  sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.

Adapun Struktur Organisasi Formal

Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :
1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
2.  Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
3. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
4. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam berbagai tinkatan formal.

Jenis Kelompok Informal
a)        Horizontal Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama.
b)        Vertical Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama
c)         Random Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang.

Kelebihan dan Kekurangan Organisasi Informal
       Kelebihan
      Memberi dukungan terhadap organisasi
      Menstimulasi komunikasi sebagai alat komunikasi tambahan
      Pemuas kepentingan sosial
       Kekurangan
      Sumber desas desus
      Menciptakan konflik
      Mendorong penolakan terhadap perubahan organisasi


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India